Matahari adalah bintang satu-satunya yang kita ketahui telah memberi kehidupan, sehingga kemungkinan bintang-bintang yang ditemukan Borra mirip dengan kita. "Jika kita melihat jutaan hal, masalah dengan instrumentasi akan muncul dalam data kita," ujar Shostak.
Dalam seminggu terakhir, internet diramaikan cerita-cerita seperti berikut: "Bintang-bintang Tampak Ganjil, atau Memang Ada 234 Makhluk Luar Angkasa yang Mencoba Mengontak Kita" dan "Para Astronom Mendeteksi Sinyal-sinyal Bintang Ganjil yang 'Barangkali' Makhluk Luar Angkasa yang Membuat Kontak."
Astronom senior Seth Shostak dari Pencarian Intelijen Ekstraterestrial (SETI), mengatakan ada bias dalam laporan Borra dan timnya. Salah satu isunya yang kedua pihak sadari adalah bahwa para astronom tidak dapat melihat ke setiap bintang, jadi para astronom cenderung memilih yang sama seperti kita.
Jadi yang mana yang benar? Ermanno Borra dan E. Trottier dari Laval University di Quebec, Kanada, merilis sebuah makalah untuk kajian sejawat pada 14 Oktober. Borra mengatakan bahwa modulasi ritmis di spektrum cahaya bintang-bintang adalah seperti denyut atau kode Morse.
Jadi bukan hal yang aneh jika dari jutaan bintang yang disurvei, beberapa akan menunjukkan karakteristik tidak biasa, namun tidak berarti bahwa itu makhluk luar angkasa. Namun Shostak menambahkan bahwa ia dan sesama astronom bertaruh bahwa kita akan menemukan bukti definitif kehadiran makhluk ekstraterestrial dalam beberapa dekade mendatang.
Menurut teorinya, jika peradaban-peradaban yang sangat maju ingin berbicara dengan kita, pengiriman dengan modulasi tersebut merupakan salah satu cara. Borra mengatakan karena mustahil mencari sinyal-sinyal dari sebuah planet, mengirim sinyal dengan mengubah spektrum matahari merupakan cara yang mudah dideteksi untuk mengirim pesan antarbintang.
Borra sendiri tidak sepenuhnya yakin hal itu merupakan sinyal antarbintang. "Lewat analisis menyeluruh," ujarnya, "Kami menyimpulkan bahwa itu mungkin sinyal nyata, tapi pada tahap ini, kita harus sangat, sangat berhati-hati karena ini tidak pasti. Ia menambahkan bahwa perlu lebih banyak riset dan teleskop yang lebih baik untuk mendapatkan kebenaran.
Selain itu ada artikel-artikel lain yang meminta semua orang untuk tenang, seperti yang satu ini dari Nature World News: "Tidak, Makhluk Luar Angkasa Tidak Sedang Berkomunikasi Lewat Sinyal Ganjil dari Bintang-bintang."
Shostak menambahkan bahwa terlalu kebetulan jika 200 lebih bintang, terpisah puluhan, ratusan atau ribuan tahun cahaya, akan mengirim sinyal pada saat yang sama. Ia mengatakan bahwa hal itu sepertinya buang-buang energi besar sementara pengiriman sinyal yang sama dapat dilakukan hanya lewat radio.
Tiga Astronaut Pulang ke Bumi Setelah 115 Hari Huni Antariksa | PT Solid Gold Berjangka
Tiga astronaut dari berbagai kebangsaan mendarat di Bumi dengan selamat pada Minggu (30/10) di Zhezkazgan, Kazakhstan setelah menghabiskan lebih dari 100 hari di Stasiun Luar Angkasa Internasional (International Space Station/ISS).
Sekadar diketahui, trio ini menyambangi ISS pada 9 Juli 2016, setelah sebelumnya mengalami penundaan selama dua minggu karena pihak Roscosmos kala itu sedang menguji coba peranti lunak wahana Soyuz MS-01 yang dimodifikasi.
Trio astronaut berhasil menjalankan misi antariksa selama 115 hari tepatnya di ISS. Seperti biasa, mereka diboyong ke Bumi menggunakan pesawat kapsul Soyuz buatan Rusia. Ivanishin dijadwalkan menuju Star City di luar Moskwa, Rusia untuk menjalankan tugas selanjutnya, sementara Rubins dan Onishi melanjutkan perjalanan ke Houston, Amerika Serikat.
"Semua orang merasa bahagia," kata Ivanishin, saat keluar dari kapsul Soyuz. "Pendaratan telah dilaksanakan!" ujar pengendali misi Rusia Minggu pagi (30/10)
Bagi Rubins dan Onishi yang sama-sama ahli biologi, misi ini adalah perdana untuk keduanya. Sementara komandan Ivanishin sebelumnya pernah menjalankan misi lima bulan di ISS pada lima tahun silam.
Melansir The Guardian, Rubins menjadi orang pertama yang mengemban tugas mengurutkan DNA di luar angkasa. Ia berhasil mengurut sampel DNA tikus, virus, dan bakteri menggunakan perangkat MinION.
Rubins juga menjadi astronaut perempuan yang kembali mendiami ISS setelah Samantha Cristoforetti dari Italia menghabiskan 199 hari di sana pada 2015. Mereka adalah Kate Rubins dari NASA, Anatoly Ivanishin dari Roscosmos Rusia, dan Takuya Onishi dari JAXA, Jepang.
Solid Gold